web 2.0

Kamis, 28 Februari 2013

Antara Sekolah dan Mengaji

“Aduh, Mbak. Liburkan saja mengajinya. Nanti habis isya juga  ada ngaji lagi. Kapan kita belajarnya ? ”
“Aih, habis maghrib ngaji, habis isya ngaji, besoknya ngaji lagi. Bagaimana mau belajar ini, Padahal besok saya ada ujian.”
“Mbak, ngajinya pulang  cepat, ya. Saya capek, tadi pulang sekolah  jam 4 sore.”
“Uh, banyak sekali PR di sekolah tadi. Kapan mau dikerjakan ini, nanti malam ada ngaji juga.”

Membaca Al-Qur'an - Pengajian Caberawit (dok:LDII Sulteng)

Keluhan di atas hanyalah sedikit dari keluhan-keluhan para remaja dan sedikit mahasiswa. Mereka kebingungan membagi waktu antara mengaji dan mengerjakan tugas-tugas sekolah. Bahkan terkadang, keluhan itu terdengar agak keras pada para guru mengajinya. Mereka merasa frustasi dengan beban pelajaran dan tugas sekolah namun tak bisa berbuat apa-apa karena orang tua tetap memaksa mengaji.

Apalagi kalau melihat lingkungan pergaulan sehari-hari di sekolah yang mana semua teman hanya memikirkan nilai dan ujian. Pulang sekolah bisa langsung istirahat dan malamnya belajar. Tak perlu harus duduk berlama-lama mencatat dan mendengarkan materi pengajian saat badan sedang lelah dan kelopak mata menggelayut.

Kalau masalah seperti di atas tidak dijembatani, bisa jadi, kegiatan menuntut ilmu agama itu dijadikan musuh, momok, atau lebih bombastis : bencana. Bahkan dengan alasan-alasan yang belum teruji, mengaji dijadikan kambing hitam yang menghalangi prestasi belajar di sekolah atau kampus. Benarkah?

Kecenderungannya, banyak mengaji itu merupakan sebuah keuntungan tersendiri. Sebuah keistimewaan yang tidak dimiliki oleh pelajar-pelajar yang lain. Pertama, pasti akan menambah ilmu dan kefahaman seseorang. Seharusnya seorang pelajar merasa bangga karena selain mencari ilmu duniawi juga diberikan keutamaan bisa menuntut ilmu agama. Suatu kesempatan yang tidak dimiliki banyak orang. Bahkan, bisa dijadikan andalan untuk ‘memaksa’ Alloh membantu keberhasilan sekolah. Bagaimana caranya ?

Pertama, ingat dan ingatlah selalu sebuah dalil firman Allah Surat Muhammad Ayat 7 :


Artinya : Wahai orang - orang yang beriman, Jika kalian menolong Alloh, maka Alloh akan menolong pada kalian, dan Allah akan menetapkan pada beberapa telapak kaki kalian (menetapkan iman) “

Menolong Alloh di atas berarti menolong kelancaran agama Alloh, termasuk melestarikan ilmu agama yang diwahyukanNya . Maksudnya sudah jelas, kalau kita menolong agama Alloh dengan cara melancarkannya, maka Alloh juga akan menolong perkara kita. Itu janji Alloh kepada siapapun tanpa terkecuali. Nah, apakah mengaji itu termasuk dalam kategori menolong agama Alloh ? Sudah jelas, karena mengaji itu adalah cara melestarikan ilmu agama.

Karena itu, jadikanlah dalil diatas sebagai ‘senjata’ untuk kita. Caranya ? Waktunya ngaji ya ngaji, jalani dengan ikhlas dan semangat. Waktunya belajar ya belajar. Plus, setiap kali berdoa, selipkan pula tagihan kita pada Alloh : “ Ya Alloh, saya mempersungguh mengaji dan beribadah meskipun dalam keadaan lelah. Karena itu, tolong bantulah saya dalam belajar.”

Semangat Mengaji Caberawit (dok:LDII Sulteng)
Kalau niat kita sudah benar, doa kita sudah sungguh-sungguh, usaha juga sudah maksimal, TIDAK ADA ALASAN bagi Alloh untuk tidak membantu kita. Ingatlah rumus kesuksesan :
 A + B + C + D :
A : Alat-Ilmu, B : Berusaha, C : Cita-cita, D : Do’a

Memposisikan kegiatan mengaji sebagai penghambat sebenarnya tidak memadai dijadikan alasan. Jika mendatangi forum pengajian dengan perasaan marah, tidak ridho, maka tidak ada yang akan kita peroleh. Nothing. Sudah jelas capeknya, ngantuk, makan waktu, tetapi ilmu yang mestinya didapat malah hilang ditendang setan yang mengusik kalbu. Selain itu tugas sekolah sudah jelas tidak selesai. Yang ada tinggal hati dongkol membara dikipasi iblis. Sia-sia, kan?

Selain itu, belum pernah terdengar seorang pelajar jeblok nilai sekolahnya karena dia menertibkan ngajinya. Tidak ada bukti pula bahwa dengan tidak mengikuti ngaji dan memilih belajar di rumah, maka nilai akan semakin bagus. Yang sering terdengar adalah seorang pelajar yang pintar mengajinya juga pintar sekolahnya. Saya sendiri sudah sering membuktikan hal ini, ketika saya menjadikan kuliah, tugas, dan ujian  sebagai alasan untuk tidak memenuhi kewajiban saya, nilai saya bukannya baik malah tambah jeblok. Namun, ketika saya mencoba memenuhi semua tugas dan kewajiban menuntut ilmu agama itu, IP saya justru naik drastis ke angka yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya.

Tidak sedikit bukti lain yang menunjukkan hal serupa. Beberapa tahun lalu, sebuah sekolah menengah negeri di Padang, Sumatera Barat, mempublikasikan bahwa di sekolah mereka terdapat kegiatan tahfidz Al Qur’an. Ternyata, siswa-siswa yang berhasil baik dalam kegiatan ini juga mempunyai prestasi yang membanggakan dalam bidang akademis. Dalam sejarah kedokteran tercantum nama Ibnu Sina yang di Eropa dikenal dengan nama Avicena, ulama besar sekaligus dokter. Ada lagi Ibnu Rusdi yang di dunia barat dikenal dengan Averos, dan daftar panjang lainnya.

Belum percaya ? Buktikanlah sendiri. Sehingga kita tidak lagi menjadikan kegiatan mengaji dan sekolah sebagai versus, sebagai lawan, bidang hitam putih yang saling bertolak belakang, melainkan sebagai paduan warna bagai goresan pelangi yang indah.(nifa)

1 komentar:

Unknown mengatakan...

good....
terus berjuang, barang siapa yang mau menolong agama ALLAH, maka ALLAH akan menolongnya... :)

Posting Komentar