LDII SULTENG - Gunung berapi, menurut Wikipedia adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus. (Bila sudah tidak ada aktivitas magma di dalamnya, boleh disebut gunung api tidak aktif atau mati).
DI luar hal di atas, Islam mengajarkan bahwa gunung sebagai paku atau pasak bagi bumi. Sebagaimana paku atau pasak dalam dunia meubel dan konstruksi kayu, gunung berfungsi merekatkan kepingan-kepingan bumi agar menyatu dan tidak pecah berhamburan. Hal ini tidak bisa diperdebatkan. Kenapa? Ilmu pengetahuan didasarkan bukti empiris, sedangkan agama berurusan dengan keyakinan.
Sebagaimana dirilis Departemen Pertambangan dan Energi dalam Data Dasar Gunung Api Di Indonesia, Negara kita tercatat sebagai ‘pemilik’ gunung api aktif terbanyak di dunia. Jumlahnya sekitar 30% dari gunung api aktif seluruh dunia. Jumlah gunung api yang meletus sejak tahun 1600 sampai saat ini ada 125 buah. Di antara gunung-gunung api aktif itu terdapat nama Soputan di Sulawesi Utara, Semeru dan Kelud di Jawa Timur, Agung di Bali, Merapi di Jawa Tengah, Papandayan di Jawa Barat, Krakatau di Selat Sunda, dan Tambora di Nusa Tenggara Barat.
Merapi, 2010 (Sumber : www.google.com) |
Merapi
Dia gunung yang sangat aktif. Belum lama berselang meletus mengalirkan lava dan dilanjutkan dengan lahar dingin. Belum lagi hembusan wedus gembelnya, yaitu awan panas panas yang mampu menghanguskan tanaman dan membunuh ternak. Bahkan hawa bersuhu sekitar 500-600 derajat celcius itu menewaskan Mbah Maridjan Sang Juru Kunci, serta mengeringkan desa tempat tinggalnya, Kinahrejo di Kab. Sleman.
Kota-kota dibawahnya seperti Sleman, Bantul, Magelang, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya menerima abunya. Ribuan orang mengungsi. Entah berapa korban dan kerugian materi yang sesungguhnya.
Uniknya, setelah proses meletus ini selesai, Merapi menjadi obyek wisata. Desa Kinahrejo dikunjungi turis-turis lokal maupun asing. Pasir tumpahannya menjadi berkah. Satu hal yang masih tetap, Gunung Merapi masih bisa meletus lagi dan mengusir orang-orang keluar dari rumahnya.
Kota-kota dibawahnya seperti Sleman, Bantul, Magelang, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya menerima abunya. Ribuan orang mengungsi. Entah berapa korban dan kerugian materi yang sesungguhnya.
Uniknya, setelah proses meletus ini selesai, Merapi menjadi obyek wisata. Desa Kinahrejo dikunjungi turis-turis lokal maupun asing. Pasir tumpahannya menjadi berkah. Satu hal yang masih tetap, Gunung Merapi masih bisa meletus lagi dan mengusir orang-orang keluar dari rumahnya.
Pengungsi Merapi, 2010. Tersiram abu. (Sumber : www.google.com) |
Krakatau
Letusan dahsyatnya tahun 1883 tercatat sejarah sebagai salah satu letusan terbesar. Kekuatannya diperkirakan sejuta kali lebih besar dari bom hidrogen. Sebuah bencana yang mengerikan.
Data Departemen Pertambangan dan Energi melaporkan bahwa kekuatan letusan itu telah menimbulkan gelombang pasang dan tsunami. Sekitar 31.000 jiwa tewas tersapu dan 4.500 terpanggang. Juga tewas. Kerugian harta benda tak terhitung.
Belum lagi habis ancaman letusannya, Krakatau ‘melahirkan’ anak yang tidak kalah aktifnya.
Data Departemen Pertambangan dan Energi melaporkan bahwa kekuatan letusan itu telah menimbulkan gelombang pasang dan tsunami. Sekitar 31.000 jiwa tewas tersapu dan 4.500 terpanggang. Juga tewas. Kerugian harta benda tak terhitung.
Belum lagi habis ancaman letusannya, Krakatau ‘melahirkan’ anak yang tidak kalah aktifnya.
Letusan Lava Anak Krakatau. (Sumber : www.google.com) |
Tambora
Tercatat meletus tahun 1815. Menelan korban lebih dari 80 ribu jiwa karena kelaparan dan 12 ribu jJiwa tewas tersengat awan panas. Abu yang disemburkannya berbulan-bulan menutup angkasa. Akibatnya, sinar matahari tidak menembus permukaan bumi di bawahnya. Dampak selanjutnya, musim dingin berkepanjangan di belahan bumi utara.
Tambora. (Sumber : kompasiana) |
Benua Eropa mengalami bencana kelaparan karena gagal panen dan kematian ternak. Bila dirunut lebih jauh, konon, letusan ini berkait erat dengan tewasnya 65.000 orang di Inggris karena kelaparan. Juga, berbuntut pada kerusuhan di Perancis di tahun yang sama. Letusan ini telah mengakibatkan kerugian dengan hitungan ‘mengerikan’. Hanya dengan satu letusan gunung ini saja sudah menimbulkan bencana seluas hampir seperempat dunia.
Saya membayangkan betapa lebih mengerikannya bila ketiga gunung di atas meletus bersamaan. Lantas, bagaimana jika nanti, pada saatnya, : watakuunul jibaalu kal ‘ihnil manfuus..?
“Dan gunung-gunung seperti debu beterbangan (hancur) …”
Wallaahu a’lam bisshawab.
Anas Y. Karnain
Wakil Ketua DPW LDII Prov. Sulteng
0 komentar:
Posting Komentar